Malam ini aku kembali menikmati udara dingin di sekitar Eiffel. Merenungi nasibku, merenungi jalan hidupku, merenungi semuanya yang terjadi dalam hidupku. Semuanya berputar dalam memoriku bagai kaset yang di replay secara terus-menerus.
Angin musim dingin kembali berhembus, membuat bulu roma berdiri seketika. Kembali kurapatkan syal yang meliliti leherku.
Entah darimana datangnya, tiba-tiba seorang pria pemabuk menubrukku dan membuat badanku limbung seketika. Karna tak kuat menahan beban tubuhnya yang sepenuhnya bertumpu padaku, akhirnya kami berdua tersungkur di jalanan dengan posisi tubuhnya yang diatas tubuhku. Bau alkohol yang menyengat langsung menyerang indra penciumanku. Segera kudorong tubuhnya agar menjauh dariku.
Setelah ku dorong ia pun menggeliat pelan dan melambai-lambaikan tangannya padaku, aku bergidik ngeri melihatnya. Lantas buru-buru bangkit berdiri dan bergegas meninggalkannya sebelum ia melakukan hal yang lebih jauh dan lebih mengerikan.
***
Lagi-lagi aku mendatangi tempat ini. Duduk seorang diri di
kursi-kursi sekitar eiffel yang tersedia dan lagi-lagi kembali merenungi
nasibku.Bayangan peristiwa 2 minggu silam kembali berdenging di kepalaku.
Dan bagai rol film yang diputar kembali aku bisa melihat dengan jelas semuanya
dalam kepalaku. Aku melihat bayangan diriku yang pingsan seketika karna
mendengar kabar meninggalnya calon suami ku. Dan kepanikan orang-orang di
sekitar ku, juga teriakan kaget dari calon menantuku dan kedua orang tuaku.Butuh usaha yang keras bagiku dan Indra_calon suami ku_ untuk
membawa hubungan kami menuju jenjang pernikahan, banyak ujian dan cobaan yang
harus kami tempuh demi mengetuk pintu hati kedua orang tua kami agar memberikan
restunya.Terjatuh dan kemudian terbangun kami lalui bersama, hingga tiba
waktunya ketika orang tua kami akhirnya merestui hubungan kami, tiba-tiba saja
Dia memanggil nya untuk kembali. Tepat 1 hari sebelum resepsi. Penyakit Liver
yang di derita nya ternyata sudah lama menggerogoti tubuhnya dan tubuhnya tak
lagi kuat menahan beban yang selama ini berusaha disembunyikannya.
Aku tak mengerti mengapa selama ini ia menyembunyikan nya dariku.
3 tahun kami berpacaran dan aku fikir aku sudah benar-benar mengenalnya,
ternyata perihal penyakit parah yang di deritanya saja aku tak mengerti. Aku
benar-benar tak tahan untuk tidak menyalahkan diriku sendiri atas
peristiwa ini, jika aku mengerti tentang penyakitnya mungkin aku bisa mencegah
kembali nya semampuku.Ternyata Tuhan berkata lain, aku tak bisa mengalahkan takdir yang
dengan kejam nya merebut Indra dari ku ketika sejengkal lagi aku bisa
memilikinya secara seuutuhnya.
***
"Iya ma. Iya aku tahu, ya, mm, nait tu nait ma." Setiap 2 kali sehari mama selalu menelpon ku. Berusaha membujuk ku untuk pulang ke Indonesia. Tapi seperti biasanya aku hanya
0 komentar:
Posting Komentar